Hasil Pencarian

Pencarian

Senin, 05 Oktober 2009

lae lae, pulau wisata yang menanti uluran pemerintah daerah...



Lae-Lae adalah sebuah pulau di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Pulau dengan luas 0,04 km² ini dihuni oleh 400 keluarga atau sekitar 2.000 jiwa. Jarak pulau ini dari Makassar sekitar 1,5 km.

Pada 1997, Pulau Lae-Lae pernah hendak dijual Pemerintah Kota Makassar ke investor. Rencana itu batal karena penduduk setempat menolaknya.

berikut ini data Statistik pUlau Lae lae.

Daftar Penelitian Kelautan di Indonesia > Pulau Lae-lae

Nama Lokasi : Pulau Lae-lae

Latitude : -5.136

Longitude : 119.38

UTM Easting :

UTM Northing :

Tanggal Survei : September-Desember 2002

Deskripsi : Di pulau Lae-lae yang banyak dijumpai adalah Terumbu Karang. Kondisi terumbu karang di pulau ini termasuk jelek yang kemungkinan besar utamanya disebabkan oleh tingginya tingkat sedimentasi dan eutrofikasi yang berasal dari massa daratan utama atau daerah inshore. di pulau ini juga ditemukan kelimpahan makro alga yang paling tinggi, didominasi jenis makro alga coklat yakni sargassum spp, turbinaria, Halimeda, Caulerpa.


Sumber : Jompa.J, Nurliah, dan Budiman. 2006. Dampak Eutrofikasi Terhadap Ekosistem Terumbu Karang Di Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan. PROSIDING KONFERENSI NASIONAL. 2006. V: 365 - 377.

Awalmula Nama Pulau Lae-lae


Syahdan dahulu disuatu masa, seorang keturunan Tionghoa Arab yang tenggelam disekitar pulau dan berteriak minta tolong kepada nelayan yang sedang memancing. Tetapi teriakan tersebut tidak terdengar oleh sang pemancing. Pria yang sedang menyabung nyawa tersebut memperkeras suara teriakannya.”lae..lae..lae.., “teriaknya. kata tersebut berarti mari..mari..mari.. yang diucapkan dengan maksud meminta tolong. Tak lama kemudian, suara teriakan tersebut akhirnya terdengar oleh sang nelayan yang kemudian mengambilnya dan membawa pria keturunan itu ke pulau. Namun sayang pria itu tidak lagi dapat tertolong nyawanya. Sebelum nafas terakhir dihembuskannya, pria tersebut sempat berpesan agar pulau itu dinamakan pulau Lae-lae dan dia dikuburkan disana.




kuburan tersebut masih ada berdiri disana sampai sekarang... terletak dibagian selatan ujung pulau tersebut.. dengan rangkaian batu pemecah ombak berbentuk piramida disekelilingnya...

Pulau Laelae merupakan salah satu pulau dalam gugusan pulau atau Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kota Makassar, Kecamatan Ujung Pandang, Kelurahan Laelae, dengan luas aratan pulau 8,9 Hektar. Secara Geografis pulau terletak pada posisi 119o 23’33,1” BT dan 05o08’ 16,0” LS atau di Perairan Selat Makassar. Batas-batas administrasi meliputi; Sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Samalona, sebelah Timur dengan Kota Makassar, Sebelah Selatan dengan Tanjung Bunga, dan Sebelah Utara dengan Lae lae kecil.


Warga pulau Lae-lae sebagian besar bermatapencaharian sebagai nelayan. Data kelurahan Lae-lae menunjukkan bahwa nelayan di pulau yang dapat dicapai dalam waktu 15 menit dengan menggunakan jolloro dari daratan utama kota makassar (dermaga kayu bangkoa) ini berjumlah 300 orang. Nelayan-nelayan tersebut menggunakan alat tangkap seperti pancing, jaring, dan tombak. Areal penangkapan mereka tersebar mulai dari wilayah perairan kota Makassar seperti pulau Lae-lae, pulau Samalona, Kodingareng, hingga perairan kabupaten Pangkep seperti Liukang Tuppabiring dan Liukang Tangaya. Perairan pulau Lae-lae juga menjadi areal penangkapan ikan para pemancing baik nelayan maupun pemancing wisata. Tingkat pendidikan penduduk Pulau Laelae relatif lebih tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kelurahan tahun 2008, diketahui bahwa sekitar 52 penduduk adalah sarjana, 53 SMA, 300 orang dengan tingkat pendididkan SMP, dan 462 Tamat SD. Meskipun demikian jumlah warga yang tidak tamat SD masih lebih dominan.


---

sumber referensi :

http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Lae-Lae

http://midhan24.wordpress.com/2009/04/11/pulau-lae-lae-antara-sunset-terindah-dan-ancaman-tergusur/

http://anakpantai.dagdigdug.com/2008/04/17/pulau-lae-lae/

Rabu, 10 Juni 2009

AKKARENA TANJUNG BUNGA BUAIAN PANTAI DIBAWAH ROMANTISME SUNSET

Pantai sejak dulu telah menjadi destinasi wisata yang tidak hanya menjanjikan sebuah eksotisme tetapi juga hiburan yang memukau. Dengan fasilitas yang lengkap, Akkarena Tanjung Bunga berhasil mensinergikan kedua hal ini.

Sebagai daerah pesisir, Makassar memiliki panjang pantai yang sangat potensial untuk dijadikan sebagai salah satu daya tarik wisata, salah satunya adalah Akkarena Tanjung Bunga. Dibangun diatas lahan seluas 12 hektar, tempat rekreasi ini menawarkan berbagai hiburan bagi Anda sekeluarga. Mulai dari fasilitas sport, playground hingga dermaga tempat Anda dapat duduk santai menikmati sunset.

Dengan membayar tanda masuk Rp 5000 perkepala serta biaya parkir Rp 1000 untuk motor dan Rp 2000 untuk mobil, Anda akan disuguhi dengan berbagai fasilitas hiburan. Dimulai dengan fasilitas ATV yang merupakan salah satu olahraga pemacu adrenalin. Dengan arena yang menantang dijamin Anda akan merasakan nikmatnya memacu denyut jantung.

Jika tak menyukai olahraga jenis ini, Anda boleh beralih ke water sport. Yang spesial dari water sport di Akkarena ini adalah adanya fasilitas speed boat yang menuju ke Pulau Samalona. Selain itu, berenang dan billiard merupakan pilihan menarik bagi Anda sekeluarga yang hanya ingin berolahraga ringan.

Dengan konsep tempat rekreasi bagi keluarga, Akkarena juga memiliki playground yang dilengkapi dengan berbagai jenis permainan, seperti ayunan, jungkat jungkit dan luncuran yang tentunya sangat menarik bagi pengunjung yang membawa anak kecil. Dermaga yang memiliki panjang sekitar 30 meter merupakan daya tarik yang berbeda dari tempat rekreasi yang resmi beroperasi pada bulan Juni 1998 ini.

Waktu kunjungan terbaik di tempat rekreasi ini adalah sore hari menjelang sunset. Siraman cahaya matahari sore dan balutan semilir angin laut merupakan perpaduan tepat yang akan Anda nikmati di tempat ini. Jangan beranjak sebelum Anda puas menikmati sunset terindah di tempat yang sering dijadikan sebagai tempat penyelenggaraan acara musik ini. Eksistensi Akkarena dalam menyelenggarakan event akbar terlihat dari dipilihnya tempat rekreasi ini sebagai tempat penyelenggaraan event The Rising Star yang menyedot animo ribuan masyarakat. Jika malam menjelang, Akkarena tidak lantas sepi pengunjung akan tetapi malah makin ramai dengan kunjungna para remaja yang ingin memadu kasih di bawah cahaya rembulan dan sapaan angina laut.

Bagaimana jika Anda lapar atau haus? Tak usah khawatir, karena di tempat rekreasi yang perharinya menerima pengunjung hingga 1000 orang ini juga dibangun area foodcourt, baik yang outdoor maupun indoor. Anda dapat memesan mulai dari minuman hingga makanan yang harga dan rasanya sangat cocok bagi Anda.



Waktu beroperasi Akkarena Tanjung Bunga yakni pkl 07.00 – pkl 22.00 (senin-jumat), pkl 06.00 – pkl 24.00 (sabtu) dan pkl 06.00 – pkl 22.00 (minggu). Dengan segmentasi middle to high, Akkarena merupakan tempat rekreasi yang lengkap, nyaman dan aman bagi Anda sekeluarga. Jadi, tunggu apalagi. Herlina

Akkarena Tanjung Bunga, Sarana Rekreasi yang tepat buat keluarga yang dekat dari pusat kota.



Pantai Akkarena Terletak di daerah sekitaran pantai kota makassar. tepatnya didepan Mall GTC Makassar.

tempat ini tidak begitu jauh dari pusat kota, sekitar 10 menit menggunakan kendaraan pribadi. tempat ini merupakan tempat yang tepat untuk rekreasi buat keluarga selain murah dan nyaman untuk dikunjungi.

objek wisata yang ditawarkan di tempat ini antara lain pantai, sarana bermain anak,restoran,  taman, dll.

tempat ini bisa dijadikan alternatif untuk jalan-jalan di kota makassar.

Minggu, 08 Maret 2009

Limbung, Lumbung Ikan


Penat dengan segala rutinitas yang kian sembrawut dan monoton serta tuntutan kerja yang tak kunjung berakhir? Rindu akan kehijauan desa yang sejuk, asri, tenang, hingga aliran air bagai teman bercerita selagi memancing ikan? Suatu tempat di sebelah timur Makassar bisa menjadi salah satu jawaban untuk keluar dari himpitan kesesakan metropolitan yang kian mendera.


Mendung yang menyambut pagi di Limbung tidak mengurangi keindahan hamparan sawah yang terbentang di sepanjang jalan menuju Rekreasi Pemancingan Ikan Mas Indah, malah semilir angin yang menjadi salah satu ciri mendung menjadikannya lebih ndeso sehingga alam perkampungan makin terasa. Hari masih pagi namun karyawan rekreasi pemancingan ini sudah mulai sibuk membenahi area pemancingan seluas satu hektar yang terletak di Limbung.
Berdiri sejak tahun 1995, bermula sebagai tempat pembenihan dan pengembangan ikan air tawar yang sekaligus merupakan tempat istirahat keluarga Manggabarani. Akhirnya timbul ide dari beberapa saran untuk mengembangkan lebih jauh menjadi suatu tempat rekreasi yang juga dapat dinikmati umum. Dari ide tersebut, berkembang konsep rumah makan dengan nuansa alami khas pedesaan. Bisnis keluarga ini meluas sampai Pinrang, Takalar, dan Bogor, namun ketiganya lebih spesifik pada pembibitan dan pengembangan ikan air tawar. Hal ini memudahkan pemenuhan kebutuhan ikan di Rumah Makan Mas Indah karena kekurangan asupan dapat ditutupi dari ketiga tempat ini.
Selain kebutuhan ikan yang selalu terpenuhi, kebutuhan akan air sebagai salah satu hal vital bagi tempat ini, akan selalu tersedia karena air yang digunakan langsung dari waduk bili-bili melalui saluran primer yang berputar keluar sehingga tidak mempengaruhi debit air yang dibutuhkan oleh para petani.
Cita rasa, keindahan, kebersihan, dan kenyamanan merupakan motto dari rumah makan ini. Usaha yang dilakukan untuk mencapai keempat tujuan tersebut adalah dengan memberikan penjelasan serta keterampilan bagi karyawan agar dapat memberikan pelayanan yang prima demi kepuasan konsumen. Tak hanya konsumen yang dipuaskan namun ke-24 karyawan yang bekerja di tempat ini ikut dipuaskan dengan pembangunan perumahan khusus buat karyawan demi kesejahteraan mereka di hari tua.
Pemanfaatan lokasi secara maksimal dapat dilihat dari belasan saung yang berkapasitas delapan sampai dua puluh orang serta dua restoran dengan kapasitas seratus sampai seratus lima puluh orang. Dengan kapasitas yang bervariasi yang dapat menampung banyak orang, tak jarang tempat ini biasa digunakan untuk launching produk dan tempat meeting. Tempat ini juga digunakan untuk arisan, pesta ulang tahun atau pun tempat berdua yang romantis. Untuk acara yang lebih besar sebaiknya membooking tempat, tiga sampai lima hari sebelummnya mengingat banyaknya pengunjung yang datang tiap hari apalagi pada hari Sabtu dan hari Minggu serta hari libur.
Dalam hal pencapaian kenyamanan secara maksimal kepada pengunjung disediakan elektone yang disewa pada hari-hari biasa namun terdapat keistimewaan pada hari Minggu dimana elektone didendangkan secara gratis. Tidak hanya itu saja, Musholla yang dapat menampung delapan orang disediakan bagi mereka yang ingin menunaikan kewajiban sholat. Satu lagi keistimewaan yang hanya dipunyai oleh tempat ini yaitu ikan buaya (Aligator fish), ikan hias yang didatangkan langsung dari sungai Amazon ini menjadi daya tarik tersendiri, mengingat ikan ini merupakan satu-satunya jenis ikan yang ada di Sulawesi Selatan. Dari namanya tampak bahwa ikan ini tergolong ganas, terbukti dari tangan salah seorang karyawan yang hampir putus karena digigit oleh ikan ini.
Barisan pohon kelapa, tanaman hijau yang merambat, hamparan sawah yang terbentang luas, kesejukan semilir angin, serta aliran air yang terdengar jernih menjadi bagian dari tempat yang agak tersembunyi ini.Tidak heran para artis seperti, Ikang Fauzy, Marissa Haque, Sultan Djorghy, Nia Daniaty, serta para pejabat menyempatkan hadir di sini untuk merasakan semuanya itu.
Tidak hanya suasana nyaman yang ditawarkan tempat ini tapi juga kulinernya. Dengan konsep “mancing langsung”, kita dapat memancing langsung ikan yang akan kita santap dengan olahan sesuai selera kita. Adapun paket ekonomis untuk makanan yaitu, nasi, ikan, sayur dan minuman seharga Rp. 25.000. Ikannyapun bermacam-macam, ada ikan gurame, ikan lele, ikan mas, ikan patin, dan ikan air tawar lainnya. Bagi yang sayang tangkapannya disantap, dapat membawa pulang hasil pancingannya dengan ditimbang terlebih dahulu tentunya. So tunggu apalagi? Mancing yuk! buN


------
on english :

Tired with all the routines that the more sembrawut and monoton demands of work and never ends? Rindu akan kehijauan desa yang sejuk, asri, tenang, hingga aliran air bagai teman bercerita selagi memancing ikan? Nostalgic village is greenness cool, beautiful, quiet, until the flow of water like friends telling stories while fishing? Suatu tempat di sebelah timur Makassar bisa menjadi salah satu jawaban untuk keluar dari himpitan kesesakan metropolitan yang kian mendera. A place in the east can be one of the answers to come out of the metropolitan press of the more wallop.

Mendung yang menyambut pagi di Limbung tidak mengurangi keindahan hamparan sawah yang terbentang di sepanjang jalan menuju Rekreasi Pemancingan Ikan Mas Indah, malah semilir angin yang menjadi salah satu ciri mendung menjadikannya lebih ndeso sehingga alam perkampungan makin terasa. Cloudy in the morning that the dock does not reduce the beauty of carpet in the rice fields that lie along the road to fishing Fish Recreation Mas Indah, even breezy wind that was one of the characteristics make it more gloomy ndeso so the feel of nature. Hari masih pagi namun karyawan rekreasi pemancingan ini sudah mulai sibuk membenahi area pemancingan seluas satu hektar yang terletak di Limbung. Still early days but the employees of recreational fishing has started this busy fishing area membenahi of one hectare, located in the inner harbor.
Berdiri sejak tahun 1995, bermula sebagai tempat pembenihan dan pengembangan ikan air tawar yang sekaligus merupakan tempat istirahat keluarga Manggabarani. Established since 1995, began as a place pembenihan and development of fresh water fish which is the resting place MANGGABARANI family. Akhirnya timbul ide dari beberapa saran untuk mengembangkan lebih jauh menjadi suatu tempat rekreasi yang juga dapat dinikmati umum. Finally, the idea arose from a few suggestions to further develop into a place of recreation that can also be enjoyed general. Dari ide tersebut, berkembang konsep rumah makan dengan nuansa alami khas pedesaan. From these ideas, developed the concept of restaurants with the natural feel of the typical rural. Bisnis keluarga ini meluas sampai Pinrang, Takalar, dan Bogor, namun ketiganya lebih spesifik pada pembibitan dan pengembangan ikan air tawar. This family business expanded to Pinrang, Takalar, and Bogor, but three more specific on the development of fish and fresh water. Hal ini memudahkan pemenuhan kebutuhan ikan di Rumah Makan Mas Indah karena kekurangan asupan dapat ditutupi dari ketiga tempat ini. This is easier for the fish needs to eat in the House because of lack of Mas Indah Feed can be covered from the third place.
Selain kebutuhan ikan yang selalu terpenuhi, kebutuhan akan air sebagai salah satu hal vital bagi tempat ini, akan selalu tersedia karena air yang digunakan langsung dari waduk bili-bili melalui saluran primer yang berputar keluar sehingga tidak mempengaruhi debit air yang dibutuhkan oleh para petani. In addition to the needs of fish, which is always fulfilled, the need for water as one of the most vital things for this place, will always be available due to water used directly from the reservoir bili-bili primary channel through which rotate out so that the debit does not affect the water needed by the farmers.
Cita rasa, keindahan, kebersihan, dan kenyamanan merupakan motto dari rumah makan ini. Taste, beauty, cleanliness, and comfort is the motto of this restaurant. Usaha yang dilakukan untuk mencapai keempat tujuan tersebut adalah dengan memberikan penjelasan serta keterampilan bagi karyawan agar dapat memberikan pelayanan yang prima demi kepuasan konsumen. Efforts made to achieve the fourth goal is to provide an explanation for the employee and the skills to be able to provide services for the prime customer satisfaction. Tak hanya konsumen yang dipuaskan namun ke-24 karyawan yang bekerja di tempat ini ikut dipuaskan dengan pembangunan perumahan khusus buat karyawan demi kesejahteraan mereka di hari tua. Not only consumers, but satisfied to-24 employees who work at this place took slaked with a special housing development for the welfare of employees in their old age.
Pemanfaatan lokasi secara maksimal dapat dilihat dari belasan saung yang berkapasitas delapan sampai dua puluh orang serta dua restoran dengan kapasitas seratus sampai seratus lima puluh orang. The location of the maximum utilization can be seen from dozens of Saung with eight to twenty people and two restaurants with a capacity of one hundred to one hundred fifty people. Dengan kapasitas yang bervariasi yang dapat menampung banyak orang, tak jarang tempat ini biasa digunakan untuk launching produk dan tempat meeting. Which vary with the capacity that can accommodate many people, this place is not rare for the usual launching products and meeting place. Tempat ini juga digunakan untuk arisan, pesta ulang tahun atau pun tempat berdua yang romantis. This place is also used for regular social gathering, birthday party or a romantic place for two. Untuk acara yang lebih besar sebaiknya membooking tempat, tiga sampai lima hari sebelummnya mengingat banyaknya pengunjung yang datang tiap hari apalagi pada hari Sabtu dan hari Minggu serta hari libur. For larger events should membooking place, three to five days sebelummnya remember the many visitors who come every day especially on Saturdays and Sundays and public holidays.
Dalam hal pencapaian kenyamanan secara maksimal kepada pengunjung disediakan elektone yang disewa pada hari-hari biasa namun terdapat keistimewaan pada hari Minggu dimana elektone didendangkan secara gratis. In terms of achievement of maximum convenience to the visitor is provided a rented elektone on weekdays but there is a distinction on Sunday where elektone didendangkan for free. Tidak hanya itu saja, Musholla yang dapat menampung delapan orang disediakan bagi mereka yang ingin menunaikan kewajiban sholat. Not only that, Musholla that can accommodate eight people is provided for those who want to fulfill obligations of prayer. Satu lagi keistimewaan yang hanya dipunyai oleh tempat ini yaitu ikan buaya (Aligator fish), ikan hias yang didatangkan langsung dari sungai Amazon ini menjadi daya tarik tersendiri, mengingat ikan ini merupakan satu-satunya jenis ikan yang ada di Sulawesi Selatan. Another distinction is that this place is owned by the crocodile fish (fish Aligator), ornamental fish are shipped directly from the Amazon river is the attraction power, considering the fish this is the only species of fish in the South Sulawesi. Dari namanya tampak bahwa ikan ini tergolong ganas, terbukti dari tangan salah seorang karyawan yang hampir putus karena digigit oleh ikan ini. From the name it appears that these fish are predatory, evidently from the hand of one of the employees who dropped out because almost bitten by this fish.
Barisan pohon kelapa, tanaman hijau yang merambat, hamparan sawah yang terbentang luas, kesejukan semilir angin, serta aliran air yang terdengar jernih menjadi bagian dari tempat yang agak tersembunyi ini.Tidak heran para artis seperti, Ikang Fauzy, Marissa Haque, Sultan Djorghy, Nia Daniaty, serta para pejabat menyempatkan hadir di sini untuk merasakan semuanya itu. Rows of coconut trees, green plants that vine, paving broad range of rice, cool breezy wind, and the flow of water into the crystal clear sound from a little place hidden ini.Tidak wonder the artists such as, Ikang Fauzy, Marissa Haque, Sultan Djorghy, Nia Daniaty, and the officials present menyempatkan here to experience all that.
Tidak hanya suasana nyaman yang ditawarkan tempat ini tapi juga kulinernya. Not only comfortable atmosphere offered by this place but also kulinernya. Dengan konsep “mancing langsung”, kita dapat memancing langsung ikan yang akan kita santap dengan olahan sesuai selera kita. With the concept of "direct MANCING", we can direct fishing and fish will be processed in accordance with santap our taste. Adapun paket ekonomis untuk makanan yaitu, nasi, ikan, sayur dan minuman seharga Rp. The package that is economical for food, rice, fish, vegetables and beverages at IDR. 25.000. 25000. Ikannyapun bermacam-macam, ada ikan gurame, ikan lele, ikan mas, ikan patin, dan ikan air tawar lainnya. Ikannyapun manifold, there Gurame fish, catfish, goldfish, patin fish and other freshwater fish. Bagi yang sayang tangkapannya disantap, dapat membawa pulang hasil pancingannya dengan ditimbang terlebih dahulu tentunya. For those who love tangkapannya disantap, can bring home the results pancingannya be pondered with the first course. So tunggu apalagi? So tunggu apalagi? Mancing yuk! MANCING yuk! buN bun

Sabtu, 07 Maret 2009

Meneropong Indahnya Wisata Alam dan Budaya di Bumi Lakipadada, Toraja




Bertandang ke Sulawesi Selatan, tak lengkap rasanya tanpa mampir ke Bumi Lakipadada, Tana Toraja. Daerah primadona wisata Sulsel ini juga dijuluki surganya wisata alam dan budaya, karena memiliki kekayaan dan keindahan obyek wisata budaya yang termasyhur dan tidak tertandingi di dunia.


Wilayah Tana Toraja memiliki luas 3.205,77 km2, terdiri dari 15 kecamatan, 116 lembang (desa), dan 27 kelurahan. Sekalipun di kabupaten ini telah terjadi pemekaran wilayah, yakni pemisahan antara Kabupaten Toraja dengan Toraja Utara tahun 2008 kemarin, tidak mempengaruhi minat wisatawan untuk berkunjung ke Bumi Lakipadada ini.




Kondisi topografi Tana Toraja berada di daerah pegunungan, berbukit dan berlembah. Yang mana areanya terdiri dari 40% pegunungan dengan ketinggian antara 150 m s/d 3.083 m di atas permukaan laut (dataran tinggi 20%, dataran rendah 38%, rawa-rawa dan sungai 2%). Bagian terendah kabupaten ini, berada di Kecamatan Bonggakaradeng dan tertinggi Kecamatan Rindinggallo. Kondisi tersebut menjadikan kabupaten ini kaya akan keragaman obyek wisata alam dan budaya yang hingga kini tetap terjaga dan terpelihara.





Mengunjungi Tana Toraja, utamanya obyek-obyek wisatanya akan membuat Anda berdecak kagum. Karena seperti yang diketahu, daerah ini memiliki kekayaan budaya warisan leluhur yang tidak akan dijumpai di belahan bumi lain selain di Tana Toraja. Suguhan tempat wisata alam dan budaya yang dapat Anda saksikan jika berkunjung di daerah ana



Toraja, antara lain obyek wisata Kambira (kuburan pohon khusus bayi), Londa, Kete Ke’su, Batutumonga, Lemo Buntang, Bori, Lo’ko Mata, Perkampungan Buntao, Nanggala, Marante, Pekampungan Seni Ukir, arum jeram di Sungai Sa’dan, dusun Patane dan keragaman budaya upacara kematian (rambu solo) dan pesta syukuran (rambu tuka), Silaga Tedong atau pun atraksi Sisemba (adu kaki).


Wisata Alam dan Budaya



Kambira (Kuburan Bayi di dalam Pohon)



Obyek wisata satu ini sangat unik, karena jenazah bayi yang sudah meninggal dimasukkan ke batang pohon. Sebelum jenazah dimasukkan ke dalam batang pohon, terlebih dahulu batang pohon itu dilubangi, dengan ketentuan lubang tidak boleh menghadap ke arah kediaman keluarga yang meninggal. Mayat bayi lalu diletakkan ke dalam, dan ditutupi dengan serat pohon dari bahan pelepas enau (kulimbang ijuk). Pengunjung yang bertanda di perkampungan ini, bisa melihat langsung kuburan para bayi yang dimakamkan di atas pohon. Pohon tersebut bernama Tarra, pohon yang menyerupai pohon buah sukun dengan lingkaran batang pohon sekitar 3,5 meter. Pohon ini telah berumur sekitar 300 tahun dan tersimpan puluhan jenazah bayi berusia 0-7 tahun di dalamnya. Obyek wisata Kambira berada di Kampung Kambira, Kecamatan Sangalla, sekitar 20 km dari Kota Rantepao. Saat ini pohon tempat menyimpan mayat bayi tersebut sudah tidak digunakan lagi. Namun pohon Tara tersebut masih terlihat tegak berdiri, sehingga menjadi data tarik yang banyak dikunjungi wisatawan lokal mau pun mancanegara.




Dusun Patane




Tempat wisata ini menarik untuk dikunjungi. Karena dapat dijumpai setiap kali kita melewati beberapa dusun atau perkampungan warga. Patane adalah kuburan dari kayu yang berbentuk rumah Toraja. Biasanya dalam satu dusun, memiliki area Patane yang memang sudah dipersiapkan secara berkelompok. Di mana satu Patane, biasanya digunakan oleh satu keluargga yang akan menyimpan mayat keluarganya didalam lebih dari satu jenazah, bahkan biasa ada yang lebih dari lima jenazah. Dan itu dilakukan warga dengan ketentuan kelompok yang mereka buat tersendiri, yang juga disesuaikan dengan kesetaraan status sosial berkelompok yang berbeda-beda. Misalnya Patane Pong Massangka yang merupakan turunan bangsawan, di makamkan di dalam Patane, yang dilengkapi dengan patung (tau-tau) dirinya, terbuat dari kayu. Obyek wisata ini menjadi keunikan tersendiri buat wisatawan domestik dan mancanegara, yang selalu menyempatkan diri berkunjung ke Dusun Patane.





Lokomata




Obyek wisata ini disebut Lokomata, karena berbentuk bulat dan menyerupai kepala manusia. Batu raksasa alam ini digunakan sebagai liang (kuburan) oleh masyarakat yang bermukim di sekitar Desa Pangden, dengan cara membuat lubang pada baru raksasa. Ukuran lubang disesuaikan dengan ukuran peti jenazah yang nantinya akan di masukkan ke dalang liang. Lokasi Lokomata berada di desa Pangden ±30 km dari Kota Rantepao, atau berada di lereng Gunung Sesean, dengan ketinggian kurang lebih 1.400 meter di atas permukaan laut. Tempat wisata ini begitu unik, menawan, dan fantastik untuk dikunjungi. Karena selain melihat liang, pengunjung juga disuguhkan panorama alam yang begitu indah, serta deru arus sungai di bawah kaki kuburan terlihat begitu alami.




Sungai Sa’dan, Mai’ting, Maulu dan Ma’dong




Arus air di sungai ini diakui sangat menarik. Karena para wisatawan dapat melakukan wisata alam, yakni arung jeram secara alami. Segala fasilitas dan perlengkapan arung jeram dapat disewa di seputaran sungai. Tentu saja dengan tarif yang terjangkau bagi pengunjung.




Permandian Makula dan Air Terjung Ranteballa




Obyek wisata air panas Makula berada tidak jauh dari Kota Rantepao, jaraknya sekitar 28 km. Di tempat ini tersedia kolam anak dan dewasa yang dapat digunakan untuk berendam air panas setelah perjalanan jauh atau lelah mengunjungi beberapa obyek wisata yang ada di Rantepao. Untuk masuk ke Makulan pengunjung dikenakan biaya Rp 10.000 (dewasa) dan Rp 5.000 (anak-anak).



Selain permandian air panas Makula, juga ada air terjun asin di Kampung Ranteballa, Kecamatan Bittuang. Menariknya air terjun itu terbilang langka. Pasalnya selain tingginya mencapai sekitar 50 meter, debit airnya juga tidak pernah berkurang sekalipun musim kemarau. Airnya ini sangat sejuk dan asri. Kedua obyek ini, sangat ayik dinikmati sehabis berkunjung ke obyek wisata Kambira, Dusun Patena, Lokomata dan bermain arung jeram.






Wisata Unik dan Menghibur





Selain beberapa obyek wisata yang dapat Anda kunjungi di Tana Toraja, keragaman atraksi wisata juga menjadi daya tarik unik dan menghibur bagi wisatawan yang berkunjung. Seperti dapat menyaksikan upacara pemakaman jenazah (rambu solo) dan pesta syukuran (rambu tuka) yang merupakan kalender tetap tiap tahun, tidak terkecuali di program kolosal dari Pemprov Sulsel, yakni Lovely Desember yang baru-baru diadakan tahun 2008 kemarin. Selain mengunjungi wisata di upacara kematian rambu solo dan rambu tuka, ada juga atraksi Sisemba dan Silaga Todong. Dalam atraksi ini, puluhan pemuda Tana Toraja, berseragam putih dan biru saling serang dengan menggunakan kaki. Aksi ini bukanlah tawuran, melainkan sebuah seni beladiri masyarakat Tana Torja yang unik. Dimana kaki kedua kelompok saling beradu, mengejar, dan kembali beradu kaki. Biasanya atraksi Sisemba, ditampilkan secara massal di perayaan pesta panen atau pesta kematian.






Suvenir Khas Toraja




Setelah menikmati keindahan panorama obyek wisata alam dan budaya, Anda bisa mampir di toko-toko pada pusat Kota Rantepao untuk membeli beragam cinderamata dan makanan khas Toraja, seperti Depa Tori, makanan yang terbuat dari beras ketan dicampur gula merah. Bentuknya kecil, garing dan manis. Ada juga ukiran Toraja, yang bisa dibawa pulang dan jadikan oleh-oleh untuk sanak keluarga, sahabat dan mitra kerja Anda, seperti kain tenun, patung, golok, dan rumah-rumahan tongkonan dari yang kecil sampai yang besar. Harganya dijamin murah dan menjangkau dompet pengunjungnya. Jadi tunggu apa lagi, Bumi Lakipadada siap setiap saat menanti kunjungan Anda.


Yulianti/dari berbgai Sumber. Foto : Istimewa


Selasa, 03 Maret 2009

Makassar Terkenal dengan ikan lautnya...



Sejak dahulu Makassar memang terkenal dengan makanan lautnya. ini dapat dilihat dari menu-menu makanan yang tersedia di beberapa daerah dari kota  ini, beraneka ragam menu hidangan laut dengan berbagai citarasa dapat dijumpai dengan mudah dan murah.

tidak saja itu hasil laut dalam bentuk mentah bisa dijumpai dengan mudah di daerah ini antara lain di barombong atau di sekitaran pelabuhan makassar, pannampu yang juga masih dalam lingkup kota makassar.

ikan-ikan dari daerah  makassar selain di konsumsi sendiri juga di export keluar daerah dalam bentuk kering. ikan yang terkenal antara lain ikan sunu, bolu, cakalang dll.

tidak cukup afdhol jika berkunjung ke makassar tanpa mencicipi hidangan lautnya....

-----

ariel

Selasa, 17 Februari 2009

Barombong, panorama indah di dekat kota


Barombong merupakan salah satu  tempat tujuan wisata di Provinsi Sulawesi Selatan. selain tempatnya dekat dari kota makassar juga fasilitas disana murah dan terjangkau berbagai kalangan. berbagai tempat disana yang menjadi tujuan wisata, antara lain : restoran, pantai, tempat mancing, dan lain-lain.

Keadaan Geografis


Kecamatan Barombong merupakan daerah dataran yang berbatasan Sebelah Utara Kecamatan Pallangga, Kabupaten Takalar dan Kota Makassar Sebelah Selatan Kecamatan Bajeng dan Kota Makassar Sebelah Barat Kabupaten Takalar dan Kota Makassar sedangkan di Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bajeng dan Barombong. Curah hujan rata dalam pertahun antara 135 hari sampai 160 hari dan ketinggian dari permukaan laut berkisar rata-rata 25 meter. Dengan jumlah desa/kelurahan sebanyak 7 (tujuh) desa/kelurahan dan dibentuk berdasarkan PERDA No. 7 Tahun 2005. Ibukota Kecamatan Barombong adalah Kanjilo dengan jarak sekitar 6,5 km dari Sungguminasa merupakan salah satu daerah pertanian dan pengembangan permukiman.



Jumlah penduduk Kecamatan Barombong sebesar 31.717 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebesar 16.553 jiwa dan perempuan sebesar 15.164 jiwa dan sekitar 99,8 persen beragama Islam.



Beberapa fasilitas umum yang terdapat di Kecamatan Barombong seperti sarana pendidikan antara lain Taman Kanak-Kanak sebanyak 8 buah, Sekolah dasar negeri 4 buah, Sekolah Dasar Inpres 12 buah, Sekolah Lanjutan Pertama 1 buah. Di samping itu terdapat beberapa sarana kesehatan, seperti Puskesmas 2 buah, Pustu 6 buah, Posyandu 25 buah dan Polindes 1 buah. Ada juga tempat ibadah (Masjid dan Suaru), dan pasar.



Penduduk Kecamatan Barombong umumnya berprofesi sebagai petani, sedangkan sektor non pertanian terutama bergerak pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran.


Partisipasi masyarakat dalam pembangunan cukup besar hal ini terlihat dari konstribusi penerimaan pajak bumi dan bangunan (PBB) yang telah mencapai 100 persen.






Tabel 1


Luas Wilayah, Rumahtangga, Penduduk dan Kepadatan Penduduk


Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Barombong


Tahun 2007


























































































Desa/Kelurahan



Luas Wilayah (Km2)



Jumlah



Kepadatan Penduduk Per Km2



Rata- Rata Besarnya Anggota Rumah


Tangga



Rumah


Tangga



Penduduk



(1)



(2)



(3)



(4)



(5)



(6)



01. Biringngala



2,32



581



2.724



1.174



5



02. Moncobalang



3,54



881



4.135



1.168



5



03. Tinggimae



3,10



804



4.098



1.322



5



04. Lembangparang



2,38



1.016



5.152



2.165



5



05. Kanjilo



4,21



1.172



6.158



1.463



5



06. Tamanyeleng



3,10



903



4.608



1.486



5



07. Benteng Sombaopu



2,02



504



4.842



2.397



10



Jumlah



20,67



5.861



31.717



1.534



5



Sumber : Koordinator Statistik Kecamatan Barombong

Jumat, 13 Februari 2009

Resep Jalangkote




# mentega 2 sdm
# air secukupnya
# garam secukupnya

2.Bahan untuk isinya :
* taoge 1/4 kilo
* wortel 2 buah
* pepaya (yang masih muda) 1buah
* kol (tergantung selera)
* udang atau daging sapi (tidak diwajibkan kok)
* bawang merah 4 siung
* bawang putih 3 siung
* garam secukupnya
* vetsin (MSG) secukupnya
* minyak goreng 3 sdm (untuk menumis)
* gula secukupnya
3.Bahan untuk kuah
* cabe secukupnya
* bawang putih 3 siung
* garam secukupnya
* gula secukupnya ; cuka


Cara pembuatan kulit :
terigu dicampur dengan mentega dan diaduk sampe menyatu,sedangkan air dan garam dicampur dalam satu wadah,dan dimasukkan sedikit demi sedikit pada bahan campuran terigu dan mentega (masih sambil diaduk-aduk) sampai adonannya menyatu,test dulu kalau kulitnya tidak terlalu kering atau encer,terlalu kering tambahin air,dan kalau terlalu encer tinggal tambahin terigunya,karena kalau terlalu kering atau encer kulitnya mudah sobek diemin lebih kurang 15 menit setelah itu siap dicetak.


Cara pembuatan isi :
potong wortel, tauge, kentang, kol, dan vermicelli tergantung selera deh mau isi apaan

bawang merah dan bawang putih diulek jangan terlalu halus,

panaskan minyak goreng kemudian tumis bumbu yg diulek sampai wangi,kemudian masukan air sedikit demi sedikit atau chicken broth

kemudian masukan gula,garam dan vetsin (opsional) secukupnya,setelah mendidih masukan potongan wortel dan kentang terlebih dahulu, diaduk lebih kurang 5 menit baru  masukan taoge/kol 2-3 menit langsung diangkat dan tiriskan.


Cara pembuatan saus

cabe dan bawang putih direbus,dan ditiriskan kemudian ulek halus 2 bahan tersebut dengan garam,kemudian dicampur  2 gelas air, kemudian tambahkan gula, campur sedikit cuka juga boleh.



sumber : http://tantegode.multiply.com/journal/item/28/Resep_Jalangkote

Kerajaan Gowa

1. Sejarah



Menurut mitologi, sebelum kedatangan Tomanurung di tempat yang kemudian menjadi bagian dari wilayah kerajaan Gowa, sudah terbentuk sembilan pemerintahan otonom yang disebut Bate Selapang atau Kasuwiyang Salapang (gabungan/federasi). Sembilan pemerintahan otonom tersebut adalah Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agang Jekne, Bissei, Kalling dan Serro. Pada awalnya, kesembilan pemerintahan otonom ini hidup berdampingan dengan damai, namun, lama kelamaan, muncul perselisihan karena adanya kecenderugnan untuk menunjukkan keperkasaan dan semangat ekspansi. Untuk mengatasi perselisihan ini, kesembilan pemerintahan otonom ini kemudian sepakat memilih seorang pemimpin di antara mereka yang diberi gelar Paccallaya. Ternyata rivalitas tidak berakhir dengan kesepakan ini, karena masing-masing wilayah berambisi menjadi ketua Bate Selapang. Di samping itu, Paccallaya ternyata juga tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Hingga suatu ketika, tersiar kabar bahwa di suatu tempat yang bernama Taka Bassia di Bukit Tamalate, hadir seorang putri yang memancarkan cahaya dan memakai dokoh yang indah.
Mendengar ada seorang putri di Taka Basia, Paccallaya dan Bate Salapang mendatangi tempat itu, duduk tafakkur mengelilingi cahaya tersebut. Lama-kelamaan, cahaya tersebut menjelma menjadi wanita cantik, yang tidak diketahui nama dan asal-usulnya. Oleh karena itu, mereka menyebutnya Tomanurung. Lalu, Paccallaya bersama Kasuwiyang Salapang berkata pada Tomanurung tersebut, “kami semua datang kemari untuk mengangkat engkau menjadi raja kami, sudilah engkau menetap di negeri kami dan sombaku lah yang merajai kami”. Setelah permohonan mereka dikabulkan, Paccallaya bangkit dan berseru, “Sombai Karaeng Nu To Gowa (sembahlah rajamu wahai orang-orang Gowa).

Tidak lama kemudian, datanglah dua orang pemuda yang bernama Karaeng Bayo dan Lakipadada, masing-masing membawa sebilah kelewang. Paccallaya dan kasuwiyang kemudian mengutarakan maksud mereka, agar Karaeng Bayo dan Tomanurung dapat dinikahkan agar keturunan mereka bisa melanjutkan pemerintahan kerajaan Gowa. Kemudain semua pihak di situ membuat suatu ikrar yang intinya mengatur hak, wewenang dan kewajiban orang yang memerintah dan diperintah. Ketentuan tersebut berlaku hingga Tomanurung dan Karaeng Bayo menghilang, ketika anak tunggal mereka Tumassalangga Baraya lahir. Anak tunggal inlah yang selanjutnya mewarisi kerajaan Gowa.



Kerajaan Gowa mencapai puncak keemasannya pada abad XVI yang lebih populer dengan sebutan kerajaan kembar “Gowa-Tallo” atau disebut pula zusterstaten (kerajaan bersaudara). Kerajaan Dwi-Tunggal ini terbentuk pada masa pemerintahan Raja Gowa IX, Karaeng Tumaparissi Klonna (1510-1545), dan ini sangat sulit dipisahkan karena kedua kerajaan telah menyatakan ikrar bersama, yang terkenal dalam pribahasa “Rua Karaeng Na Se’re Ata” (“Dua Raja tetapai satu rakyat”). Oleh karena itu, kesatuan dua kerajaan itu disebut Kerajaan Makassar.

Masa kejayaan Kerajaan Gowa tidak terlepas dari peran yang dimainkan oleh Karaeng Patingalloang, Mangkubumi Kerajaan yang berkuasa 1639-1654. Nama lengkapnya adalah I Mangadicinna Daeng Sitaba Sultan Mahmud, putra Raja Tallo VII, Mallingkaang Daeng Nyonri Karaeng Matowaya. Sewaktu Raja Tallo I Mappaijo Daeng Manyuru diangkat menjadi raja Tallo, usianya baru satu tahun. Karaeng Pattingalloang diangkat untuk menjalankan kekuasaannya sampai I Mappoijo cukup usia. Oleh karena itu dalam beberapa catatan disebutkan bahwa Karaeng Pattingalloang adalah Raja Tallo IX.

Karaeng Pattingalloang diangkat menjadi sebagai Mengkubumi Kerajaan Gowa-Tallo pada tahun 1639-1654, mendampingi Sultan Malikussaid, yang memerintah pada tahun 1639-1653. Karaeng Pattingalloang, dilantik menjadi Tumabbicara Butta Kerajaan pada hari Sabtu, tanggal 18 Juni 1639. Jabatan itu didapatkannya setelah ia menggantikan ayahnya Karaeng Matowaya. Pada saat ini menjabat Mangkubumi, Karajaan Makassar telah menjadi sebuah kerajaan terkenal dan banyak mengundang perhatian negeri-negeri lainnya.

Karaeng Pattingalloang adalah putra Gowa yang kepandaiannya atau kecakapannya melebihi orang-orang Bugis Makassar pada umumnya. Dalam usia 18 tahun ia telah menguasai banyak bahasa, di antaranya bahasa Latin, Yunani, Itali, Perancis, Belanda, Arab, dan beberapa bahasa lainnya. Selain itu juga memperdalam ilmu falak. Pemerintah Belanda melalui wakil-wakilnya di Batavia di tahun 1652 menghadiahkan sebuah bola dunia (globe) yang khusus dibuat di negeri Belanda, yang diperkirakan harganya f 12.000. Beliau meninggal pada tanggal 17 September 1654 di Kampung Bontobiraeng. Sebelum meninggalnya ia telah mempersiapkan 500 buah kapal yang masing-masing dapat memuat 50 awak untuk menyerang Ambon.

Karaeng Pattingolloang adalah juga seorang pengusaha internasional, beliau bersama dengan Sultan Malikussaid berkongsi dengan pengusaha besar Pedero La Matta, Konsultan dagang Spanyol di Bandar Somba Opu, serta dengan seorang pelaut ulung Portugis yang bernama Fransisco Viera dengan Figheiro, untuk berdagang di dalam negeri. Karaeng Pattingalloang berhasil mengembangkan/meningkatkan perekonomian dan perdagangan Kerajaan Gowa. Di kota Raya Somba Opu, banyak diperdagangkan kain sutra, keramik Cina, kain katun India, kayu Cendana Timor, rempah-rempah Maluku, dan Intan Berlian Borneo.

Pada pedagang-pedagang Eropa yang datang ke Makassar biasanya membawa buah tangan yang diberikan kepada para pembesar dan bangsawan-bangsawan di Kerajaan Gowa. Buah tangan itu kerap kali juga disesuaikan dengan pesan yang dititipkan ketika mereka kembali ke tempat asalnya. Karaeng Pattingalloang ketika diminta buah tangan apa yang diinginkannya, jawabnya adalah buku. Oleh karena itu tidak mengherankan jika Karaeng Pattingalloang memiliki banyak koleksi buku dari berbagai bahasa.

Karaeng Pattingalloang adalah sosok cendikiawan yang dimiliki oleh Kerajaan Makassar ketika itu. Karena itu pedulinya terhadap ilmu pengetahuan, sehingga seorang penyair berkebangsaan Belanda yang bersama Joost van den Vondel, sangat memuji kecendikiawannya dan membahasakannya dalam sebuah syair sebagai berikut:

“Wiens aldoor snuffelende brein
Een gansche werelt valt te klein”

Yang artinya sebagai berikut:

“Orang yang pikirannya selalu dan terus menerus mencari sehingga seluruh dunia rasanya terlalu sempit baginya”.

Karaeng Patingalloang tampil sebagai seorang cendekiawan dan negarawan di masa lalu. Sebelum beliau meninggal dunia, beliau pernah berpesan untuk generasi yang ditinggalkan antara lain sebagai berikut:

Ada lima penyebab runtuhnya suatu kerajaan besar, yaitu:



1. Punna taenamo naero nipakainga’ Karaeng Mangguka,
2. Punna taenamo tumanggngaseng ri lalang Pa’rasangnga,
3. Punna taenamo gau lompo ri lalang Pa’rasanganga,
4. Punna angngallengasemmi soso’ Pabbicaraya, dan
5. Punna taenamo nakamaseyangi atanna Mangguka.

Yang artinya sebagai berikut :

1. Apabila raja yang memerintah tidak mau lagi dinasehati atau diperingati,
2. Apabila tidak ada lagi kaum cerdik cendikia di dalam negeri,
3. Apabila sudah terlampau banyak kasus-kasus di dalam negeri,
4. Apabila sudah banyak hakim dan pejabat kerajaan suka makan sogok, dan
5. Apabila raja yang memerintah tidak lagi menyayangi rakyatnya.





Beliau wafat ketika ikut dalam barisan Sultan Hasanuddin melawan Belanda. Setelah wafatnya, ia kemudian mendapat sebutan “Tumenanga ri Bonto Biraeng”.

Dari sudut pandang terminologi, belum ada kesempatan (konsensus) arti kata Gowa yang menjelaskan secara utuh asal-usul kata serapan Gowa. Arti yang ada hanyalah asumsi dan perkiraan antara lain: pertama, kata Gowa berasal dari “goari”, yang berarti kamar atau bilik/perhimpun; kedua, berasal dari kata “gua”, yang berarti liang yang berkait dengan tempat kemunculan awal Tomanurung ri Gowa (Raja Gowa I) di gua/perbukitan Taka Bassia, Tamalate (dalam bahasa Makassar artinya tidak layu) yang kemudian secara politik kata Gowa dipakai untuk mengintegrasikan kesembilan kasuwiang (Bate Salapang) yang bersifat federasi di bawah paccallaya, yang kemudian menjadi kekuasaan tunggal Tomanurung, sehingga leburlah Bate Salapang menjadi Kerajaan “Gowa” yang diperkirakan berdiri pada abad XIII (1320).

Sampai masa kekuasaan Raja Gowa VIII I Pakere’ Tau Tunnijallo ri Passukki, pemerintahan kerajaan dipusatkan di Taka Bassia (Tamalate) sebagai istana Raja Gowa I. Kemudian istana raja ini dipindahkan ke Somba Opu oleh Raja Gowa IX Daeng Mantare Karaeng Mengunungi yang bergelar Tumapa’risi Kallonna karena dianggap lebih menguntungkan dan strategis sebagai kerajaan yang maju di bidang ekonomi dan politik. Pada masa inilah Kerajaan Gowa mulai memperluas kekuasaannya dan menaklukkan berbagai daerah sekitarnya termasuk menjalin hubungan kerjasama dan perjanjian dengan kerajaan-kerajaan lain. Hal ini berlangsung sampai Raja Gowa XII, I Manggorai Daeng Mammeta Karaeng Bonto Langkasa (1565-1590). Ambisi itulah yang menjadikan Kerajaan Gowa-Tallo menjadi kerajaan besar. Bandar yang dimilikinya menjadi bandar persinggahan niaga dunia yang sangat maju karena telah memiliki berbagai fasilitas sebagaimana layaknya negara-negara besar lain di abad XVI dan XVII. Pada waktu itu pemerintah menjalankan sistem politik terbuka berdasarkan teori Mare Leberum (laut bebas) yang memberi jamina usaha para pedagang asing. Akan tetapi, ambisi itu pula yang menciptakan persaingan yang bersifat terselubung (laten) ketika ingin memegang hegomoni dan zuserenitas di Sulewasi, terutama persaingannya dengan Kerajaan Bone. Ketika persaingan itu memuncak, Belanda memanfaatkan situasi tersebut dengan melancarkan politik devide et impera (pecah belah dan kuasai) serta menerapkan sistem monopoli yang sangat bertentangan dengan prinsip mare liberum hingga meletusnya perang Makassar (1666-1669).





Di sisi lain, agama Islam salah satu alasan perlawanan Bone ketika Gowa berusaha mengintroduksi agama Islam. Usaha itu diprakarsai oleh Raja Gowa XV I Mangerangi Daeng Manrabbia Karaeng Lakiung bergelar Sultan Alauddin Tumenanga ri Gaukanna (1593-1639) yang menjadi muslim pada tanggal 9 Jumadil 1051 H atau 20 September 1605. Beliau berusaha mewujudkan penyatuan Sulawesi tetapi tidak terealisir sampai masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1653-1669) yang berakhir dengan Pernjanjian Bungaya pada tanggal 18 November 1667 setelah Perang Makassar.

PESONA PARIWISATA KABUPATEN GOWA

SELAYANG PANDANG KABUPATEN GOWA


Kabupaten Gowa merupakan salah satu bekas kerajaan maritim terbesar di Indonesia, daerah kekuasaannya bahkan sampai ke Madagaskar. Kerjasama dan bantuan yang diberikan kepada kerajaan Mataram dan Sriwijaya, merupakan bukti kebesaran kerajaan gowa dizamannya. Wilayah kabupaten gowa terbagi atas 18 kecamatan, 115 desa dan 36 kelurahan dengan luas sekitar 1.833,33 km2. sebagian besar wilayah kabupaten gowa merupakan dataran tinggi 80,17 % dan luas dataran rendah 19,83 %. Sungguminasa sebagai ibukota kabupaten gowa terletak di kecamatan somba opu berjarak 10 km dari kota metro makassar sebagai ibukota provinsi sulawesi selatan.



PERKEBUNAN TEH




Perkebunan the berlokasi di desa Bulutana yang berjarak ±9 km dari kota malino dengan ketinggian 1600 meter dari permukaan laut. Teh hijau merupakan salah satu andalan ekspor kabupaten gowa. Perkebunan the ini mempunyai pemandangan yang indah serta menyejukkan mata untuk dipandang dan udara yang sangat sejuk, pengunjung dapat berolahraga sepeda gunung bersama keluarga. Tanaman the yang ada disana adalah jenis the hijau dan the hitam, hasil produksinya 80% di ekspor ke Jepang dan sisanya untuk konsumsi dalam negeri.



PERKEBUNAN BUAH MARKISA


Perkebunan buah markisa terletak didesa “kanreapia” yang berjarak ±9 km dari ibukota kecamatan malino. Buah markisa yang dihasilkan diolah menjadi minuman segar yang bermutu tinggi dan mempunyai ciri khas rasa yang berbeda dengan markisa dari daerah lain. Perkebunan markisa ini mempunyai pemandangan yang indah serta udara yang sangat sejuk, pengunjung dapat mencicipi buah markisa sebelum diolah menjadi minuman segar.



MAKAM SULTAN HASANUDDIN


Sultan Hasanuddin (1629-1670) Raja gowa yang mengabdikan seluruh hayatnya untuk berjuang melawan penjajah Belanda. Makam Sultan Hasanuddin berada diatas bukit “kale gowa” kelurahan katangka, kecamatan Somba Opu, di kompleks makam raja-raja gowa. Tidak jauh dari makam tersebut terdapat sebongkah batu yang disebut batu “pallantikang” (Takabassia) sebagai tempat pelantikan/penobatan raja-raja gowa, dan di batu tersebut merupakan awal kemunculan seorang perempuan yang turun dari langit (kayangan) dan menjadi raja gowa pertama yang disebut (Tumanurung Bainea) setelah masa kerajaan Gowa purba.



MAKAM ARUNG PALAKKA


Arung palakka adalah seorang raja yang memerintah kerajaan bone pada masa pemerintahan sultan hasanuddin sebagai raja gowa, dalam kawasan makam kuno lainnya salah satu diantaranya adalah makam karaeng pattingaloang beliau merupakan raja gowa yang sangat terkenal sebagai tokoh cendikiawan pada masanya. Lokasi kawasan ini terletak sekitar 200 meter dari jalan poros Makassar-sungguminasa melewati batas gerbang kota kearah kiri.



OBJEK WISATA TIRTA DAM BILI-BILI


Dam bili-bili terletak di kelurahan Bonto Parang , kecamatan parang loe, sekitar 25 km dari kota sungguminasa ibukota kabupaten gowa. Dam bili-bili dibangun sebagai bendungan serbaguna yang berfungsi sebagai irigasi pertanian dan pembangkit sumber daya listrik. dam bili-bili berfungsi juga sebagai objek wisata yang dapat diandalkan di kabupaten gowa, dengan panoramanya yang indah serta sarana rekreasi yang sudah tersedia, para pengunjung dapat menikmati wisata minat khusus, misalnya memancing, dan olahraga air lainnya. Ditempat ini pula kita dapat disuguhi makanan tradisional berupa ikan bakar yang dapat dinikmati bersama keluarga.



BENTENG SOMBA OPU


Benteng somba opu yang dibangun oleh raja gowa ke IX Dg Matanre Tumapparisi Kallonna pada abad XIV (1550 – 1650) yang merupakan pusat kerajaan gowa dan salah satu kota Bandar terbesar di Asia Tenggara pada masanya. Benteng somba opu merupakan peninggalan sejarah dari kerajaan perkasa masa lalu di Sulawesi Selatan. Sekarang kawasan benteng somba opu dijadikan pusat budaya miniatur dan telah dibangun berbagai rumah adat tradisional dari semua suku/etnis bangsa yang ada di sulawesi selatan dimana setiap rumah adat menggambarkan budaya masing-masing.



AIR TERJUN TAKAPALA


Air Terjun Takapala terletak di Desa Bulu’ Tana, kecamatan tinggi moncong, kurang lebih 6 km dari kota malino Ibukota kecamatan, 68 km dari kota sungguminasa. Air terjun ini berketinggian 109 meter, nikmati keindahan panorama alam yang masih asli serta udaranya yang sejuk. Untuk mencapai air terjun tersebut pengunjung harus berjalan kaki menuruni 1000 anak tangga.



AIR TERJUN KETEMU JODOH


Letak lokasi air terjun ini bersebelahan dengan air terjun takapala di bonto te’ne kelurahan bulutana, tempatnya hanya dipisahkan oleh ruas jalan yang menuju kedesa Majannang kecamatan parigi. Air terjun ini oleh masyarakat dipercaya dapat memberikan kemudahan bagi setiap orang yang datang untuk bermandi sembari berniat untuk mendapatkan jodoh dalam mengarungi bahtera rumah tangga.



HUTAN WISATA MALINO




Hutan wisata Malino dapat ditempuh ± 2 jam dari kota sungguminasa ±76 km, suhu di daerah ini cukup dingin karena berada diketinggian, selain itu juga banyak menghasilkan buah dan sayur-sayuran yang tumbuh dilereng gunung sekitar kota malino. Salah satu gunung yang dapat menjadi objek wisata adalah gunung bawakaraeng di mana gunung ini dianggap suci bagi sekelompok orang. tak jauh dari kota malino terdapat hutan wisata yang merupakan salah satu objek wisata untuk bersantai dan menghirup udara segar di bawah kerindangan pohon pinus dan tempat ini juga merupakan tempat perkemahan remaja yang telah dilengkapi dengan beberapa sarana permainan.



MESJID TUA KATANGKA


Mesjid tua katangka terletak di desa katangka kecamatan somba opu sekitar ± 500 meter dari lokasi kompleks makam syekh yusuf ke arah timur. Mesjid ini merupakan mesjid tertua di Sulawesi selatan, dibangun pada masa pemerintahan raja gowa ke XIV Sultan Alauddin pada tahun 1603, dalam area kawasan Masjid tua ini terdapat beberapa makam kuno raja gowa, beberapa pembesar kerajaan serta para keturunan bangsawan –bangsawan Gowa.



KOMPLEKS MAKAM SYEKH YUSUF


Syekh Yusuf adalah seorang ulama besar yang pernah dimiliki kerajaan gowa, keharuman, namanya serta perjuangannya di kenal di Indonesia bahkan dunia. Syekh yusuf yang bergelar Tuanta salamaka menjadi bagian sejarah dari kerajaan banten dan negara afrika selatan, beliau sangat dihormati sampai sekarang makamnya menjadi tempat ziarah yang ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai daerah. Kepercayaan masyarakat bahwa setiap orang yang berdoa memohon sesuatu kepada-NYA di makam Syekh Yusuf akan dikabulkan doanya oleh yang Maha Kuasa. Dikompleks makam ini terdapat pula makam dari pengikut-pengikut setianya, letaknya di Lakiung katangka kecamatan somba opu sekitar ±500 meter dari gerbang batas kota kabupaten gowa dari makassar kearah timur.



KOMPLEKS ISTANA BALLA LOMPOA




Museum ini adalah salah satu rekonstruksi untuk istana tua kerajaan gowa, dalam susunan kayu yang telah dibangun tahun 1936, dan telah direstorasi pada tahun 1978-1980, museum ini berisi benda-benda kebesaran peninggalan sejarah kerajaan gowa seperti mahkota kerajaan, berbagai manuskrip, sejata sakti, pakaian adat, dan berbagai koleksi alat-alat, perlengkapan upacara adat kerajaan. Disamping kanan museum telah dibangun rumah adat tamalate dimaksudkan untuk mewujudkan kembali bentuk istana tamalate yang pernah dibuat pada masa kejayaan kerajaan gowa abad ke XV dengan tujuan untuk mengangkat budaya bangsa melalui pengembangan pembangunan yang kontekstual.


Kesejukan Air Panas Pencong di Kabupaten Gowa



Berbicara tentang objek wisata permandian air panas, Kabupaten Gowa tak mau kala, saat ini Kabupaten yang dulunya bekas kerajaan maritim terbesar di Indonesia ini sedang melaksanakan tahap pengembangan dan perkenalan obyek wisata air panas Pencong yang terletak di desa Pencong Kecamatan Biringbulu, kabupaten Gowa. Akses menuju lokasi obyek sementara proses pengerjaan dan rencananya tahap pengerjaannya akan rampung akhir Desember 2007. Tempat pemandian air panas di desa pencong Kab. Gowa ini belum terlalu dikenal luas masyarakat, walau demikian masyarakat seputar Gowa,Takalar dan Jeneponto sudah sangat sering berkunjung ke sumber air panas ini hanya sekedar berendam di kolam yang memang disediakan oleh pemerintah setempat. Selain berada di daerah terpencil yang belum terlalu terpromosikan, sumber air panas di Kec. Biringbulu ini cukup menjanjikan untuk dinikmati. Bahkan bisa menjadi sumber PAD yang dapat mendongkrak perekonomian pemerintah setempat dan membantu ekonomi masyarakat sekitar obyek, jika kedepannya obyek ini dikembangkan secara apik seperti permandian air panas di Cipanas,Jawa Barat yang menyediakan berbagai permainan sebagai daya tarik wisatawan berkunjung ke obyek tersebut. Potensi sumber air panas Pencong yang memiliki luas sekitar 2 hektar ini, menurut Kepala Dinas Pariwisata kabupaten Gowa, Andi Rimba Alam Pangerang tak kalah menariknya dengan permandian air panas yang terdapat di tempat lain di Sulsel. Selain pemandangan pegunungan dan hutan yang masih sangat asri, hawa di permandian Pencong juga sangat sejuk, ditambah lagi dengan keindahan pematang sawah yang dilalui saat akan menuju permandian menamba ke-elokan permandian air panas Pencong. Fasilitas yang dapat Anda temukan di tempat ini selain dua kolam renang untuk berendam, tersedia juga tempat parkir yang luas, gazebo, kram air panas, dan wc umum. Jarak tempuh dari Makassar menuju lokasi 75 kilo atau sekitar 2 jam sudah tiba di obyek wisata permandian air panas Pencong. Dan memasuki tempat ini Anda akan dikenakan retribusi Rp2000 umum, untuk selanjutnya menuju ke obyek dengan menuruni anak tangga sekitar 100 meter. Kelelahan sehabis menuruni anak tangga, akan terasa hilang saat Anda tiba di lokasi dan melepas lelah dengan langsung berendam di kolam air panas yang kono juga dipercaya masyarakat setempat dapat menyembukan berbagai penyakit termasuk penyakit kulit, karena air panas ini merupakan air panas yang bersumber langsung dari perut bumi. Lanjut Rimba Alam, saat ini pemerintah memproritaskan akses jalan ke lokasi guna memudahkan masyarakat yang ingin berkunjung ke obyek, sehingga kalau akses menuju lokasi telah rampung dan dapat digunakan masyarakat, barulah tahap berikutnya yakni pembenahan total, penyedian berbagai sarana dilokasi permandian akan dilakukan secara berkesinambungan, dan wisatawan bisa membawa keluarga mereka berliburan ke objek wisata permandian air panas Pencong. yuL In Box : Andi Rimba Alam Pangerang Kepala Dinas Pariwisata kabupaten Gowa ”Kesejukan permandian Air panas Pencong memiliki keasrihan khas, yang belum tentu dimiliki permandian air panas yang ada di kota lain. Ini karena khasiat air panas Pencong,benar-benar asli berasal dari perut bumi”.

Jumat, 30 Januari 2009

Mie pangsit Makassar.. enak lho...

mo cobain.. mi pangsit Makassar ?? enak lho..
aku lupa alamatx.. tp bs didapat disekitaran jalan : mappaodang, panakkukang, dll.. ntr aq update infox he3x..