Hasil Pencarian

Pencarian

Senin, 11 Agustus 2008

Welcome to Kota Kalong Soppeng


BAU menyengat khas kelelawar atau biasa disebut kalong, langsung menusuk hidung begitu kendaraan memasuki Watansoppeng, ibu kota Kabupaten Soppeng (150 kilometer utara Makassar). Bau ini akan makin menusuk hidung bila berada tepat di bawah pepohonan yang ada di sekitar masjid. Suara ribut dan berisik yang khas dari ribuan kalong nyaris tidak pernah berhenti.


SAAT petang menjelang malam, kalong- kalong ini pun terbang meninggalkan pepohonan tempatnya bersarang dengan suara gemuruh yang lebih ramai. Kadang, saat ribuan kalong ini terbang, langit seperti tertutup bayangan hitam. Pada subuh menjelang pagi, kalong-kalong itu kembali ke sarang mereka dengan suaranya yang tetap ingar-bingar, seakan membangunkan warga sekitar untuk segera memulai aktivitasnya.

Pemandangan seperti ini bukan sesuatu yang baru dan akan terlihat setiap hari di Watansoppeng. Tidak ada penduduk sekitar yang tahu persis kapan tepatnya kalong-kalong ini mulai bersarang di pohon-pohon tersebut. Tetapi masyarakat meyakini keberadaan kalong-kalong ini sudah puluhan bahkan ratusan tahun. Tak heran, Soppeng akrab dengan sebutan "kota kalong". Bahkan, kalong ini sendiri merupakan pemandangan unik yang sudah menjadi ciri khas Soppeng sejak dulu.


"Usia saya sekarang sudah hampir 80 tahun, dan saat saya kecil, kalong-kalong ini sudah ada di tempatnya yang sekarang. Kata orangtua saya, kalong-kalong ini juga sudah ada sejak mereka kecil," cerita Ny Hj A St Roniah, warga Soppeng yang tinggal di Kecamatan Marioriawa, Soppeng.

Masyarakat Soppeng meyakini betul bahwa kalong itu bukanlah sekadar bersarang begitu saja di jantung Kota Soppeng, tetapi juga sebagai penjaga kota. Atas keyakinan itu, masyarakat pun tak pernah mengusik keberadaan satwa tersebut. Bahkan, masyarakat juga percaya kalong-kalong itu akan menjadi pertanda dan penyampai kabar tentang sesuatu yang baik dan buruk yang akan terjadi di kota mereka.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, bila kalong-kalong ini pergi meninggalkan sarangnya dan tidak kembali, berarti akan ada bencana atau kejadian serupa yang akan menimpa masyarakat dan Kota Soppeng. Setidaknya hal seperti sudah terbukti beberapa kali.


"Kalong-kalong ini pun pernah marah. Saat itu sekitar tahun 1990-an, pemerintah menebang sebuah pohon besar untuk lokasi sebuah kantor. Pohon yang ditebang ini diyakini sebagai rumah tinggal pemimpin kalong. Setelah penebangan pohon ini, kalong-kalong itu pergi dan tidak kembali. Tak lama setelah itu, kebakaran besar melanda Soppeng dan menghanguskan hampir seluruh pasar sentral yang tidak jauh dari sarang kalong ini," tutur Salma (32), salah seorang penduduk.

Ditambahkan, butuh waktu lama untuk menunggu hingga kalong-kalong itu mau kembali. Kawanan satwa itu baru mau kembali setelah "dipanggil" melalui sebuah upacara dan pemotongan kerbau. Percaya atau tidak, begitulah yang dituturkan sejumlah warga.

KALONG, dengan bau dan suaranya yang khas, sebenarnya hanyalah salah satu dari sekian banyak hal menarik yang bisa ditemui saat berkunjung ke Soppeng. Soppeng sendiri sebenarnya bukanlah kabupaten yang terlalu istimewa di Sulawesi Selatan (Sulsel). Tidak besar, tidak kecil, tidak ramai, tetapi juga tidak sepi sekali. Satu hal yang pasti, kota ini punya keunikan dan keindahan tersendiri.

Soppeng berada di pegunungan dan dikelilingi pegunungan. Namun, iklimnya tidak terlalu dingin seperti daerah pegunungan umumnya. Sejauh mata memandang yang tampak hanyalah pegunungan dengan hamparan sawah seperti karpet hijau di bawahnya.


Dari Kota Makassar, perjalanan ke Soppeng dapat ditempuh antara empat hingga lima jam. Kalau tidak punya kendaraan pribadi, bisa memilih kendaraan umum yang berangkat dari Terminal Panaikang Makassar, hampir setiap saat.

Pemandangan menarik sudah dapat dilihat sejak me- masuki daerah perbatasan Kabupaten Barru-Soppeng. Sejak perbatasan kedua daerah ini, kendaraan memang mulai mendaki dan mengitari gunung. Praktis sepanjang jalan yang terlihat hanyalah hamparan pegunungan dan sa- wah nan hijau serta rumah- rumah penduduk nun jauh di bawah.

Perjalanan ke "kota kalong" ini akan melalui.

Mendekati ibu kota Soppeng, Watansoppeng, dan di hampir semua ruas jalan di dalam kota, tampak jalan-jalan yang teduh dengan deretan pohon asam dan pohon lainnya di sisi kiri-kanan jalan.

Di Watansoppeng sendiri, selain menyaksikan kehidupan kalong, kunjungan bisa dimulai dengan melihat-lihat Villa Yuliana, sebuah bangunan bergaya perpaduan Eropa dan Bugis yang dibangun CA Krosen pada tahun 1905. Vila ini merupakan bangunan kembar yang kembarannya berada di Nederland, Belanda.

Berhadapan dengan Villa Yuliana ada kompleks Istana Datu Soppeng yang dibangun sekitar tahun 1261 pada masa pemerintahan Raja Soppeng I Latemmamala yang bergelar Petta BakkaE.

Di dalam kompleks ini terdapat sejumlah bangunan, di antaranya Bola RidiE (rumah kuning), tempat penyimpanan berbagai benda atribut Kerajaan Soppeng. Ada juga SalassaE, yakni bekas Istana Datu Soppeng, dan Menhir Latammapole yang dulunya adalah tempat menjalani hukuman bagi pelanggar adat.

SEBAGAI salah satu bekas kerajaan di Sulsel, sejumlah bangunan dan makam bersejarah lainnya dapat dijumpai di Soppeng. Ini di antaranya Makam Jera LompoE, yakni makam raja-raja/Datu Soppeng, Luwu, dan Sidenreng pada abad XVII yang terletak di Kelurahan Bila, Kecamatan Lalabata (satu kilometer utara Watansoppeng). Dari bentuknya, makam ini merupakan perpaduan pengaruh Hindu dan Islam. Masih ada lagi kompleks makam lain, di antaranya Makam KalokoE Watu di mana terdapat We Tenri Sui, ibu kandung Arung Palakka.

Melanjutkan perjalanan ke arah utara Watansoppeng (12 kilometer), kita akan sampai di pusat persuteraan alam Ta’juncu. Sejak dulu, Ta’juncu sudah terkenal dengan kegiatan persuteraan alam. Dimulai sekitar tahun 1960-an, dan sutera alam Ta’juncu mencapai puncaknya tahun 1970-an.

Selain melihat areal pertanaman murbei, kita juga akan melihat aktivitas persuteraan yang meliputi pemeliharaan ulat sutera, pemintalan benang, hingga pertenunan yang masih menggunakan alat tenun tradisional. Bagi yang suka mengoleksi sutera, beragam pilihan kain, sarung, hingga baju bodo (baju adat untuk perempuan Bugis/Makassar) dapat dibeli di sini. Soal harga, tentulah miring.

Bila sudah penat berjalan- jalan seharian, kita bisa memulihkan stamina dengan berendam air panas di Pemandian Air Panas Lejja di Kecamatan Marioriawa (44 kilometer utara Watansoppeng). Perjalanan menuju pemandian ini tak kalah indahnya, karena sepanjang perjalanan berjejer rapi pohon-pohon rimbun di kiri kanan jalan serta persawahan dan pegunungan di kejauhan.

Di pemandian alam ini selain terdapat sumber air panas, tersedia tiga kolam besar untuk berendam. Ketiga-tiganya menawarkan pilihan yang berbeda, yakni air panas, sedang, atau yang hangat. Kalau tidak mau bergabung dengan pengunjung lainnya, tinggal memilih tempat berendam VIP yang letaknya agak terpisah dari ketiga kolam pemandian yang ada.

Tersedia lima kolam berukuran kecil yang masing-masing dilengkapi tempat peristirahatan. Lokasi pemandian yang berada di bawah rerimbunan pohon-pohon besar serta suara kicauan burung yang nyaris tiada henti tentu saja membuat acara berendam bertambah asyik.

Selain Lejja, masih ada dua pemandian alam lainnya, yakni Ompo dan Citta. Bedanya, di pemandian ini airnya tidak panas, tetapi sejuk dan sangat jernih. Bahkan, dari kedua sumber air ini pula pengusaha setempat membuat air mineral dalam kemasan.

KALAU sudah puas berendam, perjalanan bisa dilanjutkan untuk melihat-lihat kompleks rumah adat Sao Mario di Kelurahan Manorang, Kecamatan Marioriawa. Di kompleks rumah adat Sao Mario, terdapat rumah adat Bugis, Mandar, dan Toraja. Hampir semua rumah, terutama yang berarsitektur Bugis, bertiang 100. Karena itu, masyarakat sekitar menyebutnya dengan bola seratuE. Selain itu, juga terdapat sebuah rumah lontar yang dinding, lantai, tiang, rangka serta perabotan berbahan baku lontar.

Kendati bukan rumah bersejarah, tetapi rumah-rumah adat di sini berisi penuh dengan barang-barang antik bernilai tinggi. Barang-barang antik dan bersejarah ini sebagian di antaranya adalah barang peninggalan dari beberapa kerajaan di Indonesia. Barang- barang yang dapat dilihat antara lain tempat tidur, perangkat meja dan kursi makan, lemari, ratusan guci, perlengkapan makan raja-raja, ratusan senjata tajam berupa badik, parang, pedang, keris, dan lainnya. Kompleks rumah adat ini juga dilengkapi rumah makan berbentuk perahu pinisi.

Di Sao Mario, perjalanan sudah berakhir. Berakhir bisa dalam artian karena sudah berada di ujung Soppeng yang berbatasan dengan Kabupaten Sidrap. Bisa juga berarti karena tidak ada lagi tempat tujuan khusus setelah Sao Mario ini. Tinggal pilih, apakah akan kembali ke Watansoppeng dan mengunjungi lokasi lainnya keesokan harinya, atau pulang lewat Sidrap dan Pare-pare. (RENY SRI AYU TASLIM)

___________________________________________

dari berbagai sumber :

http://64.203.71.11/kompas-cetak/0303/29/Wisata/180758.htm

fotografer:Yusran, Makassar Terkini

27 komentar:

  1. ngeliat kab soppeng nyaman bngt ya..jd pengen wisata kesana, btw letak desa cendrana dimana ya riel..

    BalasHapus
  2. nyaman mentong soppeng.......
    mauka pulang soppeng................................

    BalasHapus
  3. kota soppeng yang cantik, elok bersih dan warganya begitu ramah bagus memang tong soppeng

    BalasHapus
  4. soppeng mengingatkan saya akan puspernya tempat mangkal saat bolos dulu he...he..maklumlah stm.walaupun udah lama ga pernah bersua tapi tetap dihati bro...

    BalasHapus
  5. tidak ada kt lain yang bisa menggambarkan soppeng, selain kata.............
    " unik "

    BalasHapus
  6. saya juga rindu maka' mau ke soppeng, besok kesana deh.... mumpung ada keponakan aqiqah...... ada yg mau ikut?????

    BalasHapus
  7. Aga kareba soppeng,hi teman2 carikan alumni sma pgri soppeng th 87 krn aq dr 87 lsg merantau k jkt dan skrg tinggal d manado,praktis tdk prnah ktemu teman slama 22 th.Tolong ya trims

    BalasHapus
  8. jd kangen kampung halaman.seru bget dipermandian air panas lejja.bakalan betah deh seharian disana....

    BalasHapus
  9. please... ada yang punya peta kota soppeng ga...???
    thanks be4.

    BalasHapus
  10. please...
    ada yg punya peta kota soppeng ga???
    thanks b4.

    BalasHapus
  11. Soppeng.....lama tak bersua..

    BalasHapus
  12. JANGAN SAMPAI INDAH KABAR DARI RUPA. 25 TH LALU AKU NAIK TAXI BERAK BERAK. MSH ADA? JANGAN SP TERGUSUR OJEK. RAWAN KENA TAI KALONG. MD2AN ANDI TOMO SUKSES BANGUN KAMPONNA BELA.

    BalasHapus
  13. Hidup soppeng, teruslah berbenah untukmenjadi kota pariwisata sul-sel

    BalasHapus
  14. napaki anrikku na nuboya peta Kota Soppeng............

    BalasHapus
  15. Pd bln Agustus 2009 aku sekeluarga (4 orang) ada acara kondangan pernikahan famili ke Watansoppeng. Adakah travel biro yg bs membantu mengatur perjalanan dan akomodasi sy? Silakan kirim penawaran ke alamat E-mail : nu.ring_tyas@yahoo.com. Tnx b4. LEBIH CEPAT LEBIH BAIK....

    BalasHapus
  16. bkan sja pemandangannya yg cuantik coyyyyyy,tpi gadis-gadisnya jga brow,,,,,makax klau ada waktu kmu jalan-jalan aja ke soppeng key bro,,,,,

    BalasHapus
  17. Eksotik mentong soppengq,,,
    Siapapun yg pnah k soppeng tak akan meragukan itu,,

    BalasHapus
  18. Enak rasanya berada di soppeng,kalau saya pulang ingin rasanya berlama-lama disana,terutama permandian lejja - Batu-Batu,oke

    BalasHapus
  19. ai lope soppeng...
    pen lg k desa belo.


    slm buat pak kaddes Belo.slm buat induk semang kita.slm buat kalong.slm buat polisi di Cabbenge yg tlah meluangkan wktux utk mendoktrin kami.slm buat tman2 smua.slm jg buat perdes yg tlah kt tngglkan.


    -berjanji akn balik lg.brtemu klian smuaaa.......

    BalasHapus
  20. alhamdulillah ada yg perform foto2nya Soppeng...sayangnya nda na-tampilkan'i juga Lejja sama Ompo...padahal bagusnya itue,....

    best regards,
    salam kenal..
    sesama anak Sulawesi-selatan...

    BalasHapus
  21. aku sech gak pernah k kota soppenk,,,
    tapi aku pcar orng sana............meski sekaraaaaang udah putus
    jadi pengen glihat nech indahnya soppeng yang terkenal itu

    BalasHapus
  22. pernah k lejja juga yach
    ikutan donk.................

    BalasHapus
  23. Soppeng,,, kampung orang tua ku, katanya sie unik,, jd pengen kesana,!!! cmn bisa liat di gogle aja keindahan and keunikannya,,, tp walo aku g pernah kesana aku bersyukur masih bisa berbahasa bugis dengan baik... Aku bangga jadi anak berdarah bugis... karna orang bugis lah yang mendirikan kota Samarinda tempatku sekarang tinggal,,, Buat yg belum pernah ke Samarinda nanti kalo ke samarinda jgn lupa berziarah ke Makam La Mohang Daeng Mangkona pendiri kota Samarinda.

    BalasHapus